Tujuan Pendidikan Akhlak
Pendidikan akhlak merupakan upaya manusia mempertahankan hidupnya.
Akhlaklah yang membedakan manusia dari binatang. Kemajuan ilmu
pengetahuan tanpa diimbangi dengan akhlak tidak akan mampu
mempertahankan manusia dari kepunahan. Semakin tinggi ilmu pengetahuan,
semakin tinggi pula peralatan dan teknik membinasakan sesama manusia.
Dapat
disaksikan dalam kehidupan sehari-hari bahwa para pelaku kriminalitas
dan kejahatan ekonomi kelas kakap bukanlah orang-orang bodoh, melainkan
orang-orang pintar dan berpangkat tinggi. Bahkan tidak sedikit orang
kaya, terpelajar, dan berpangkat tidak mampu meringankan beban
kesengsaaraan rakyat.
Padahal ilmu yang dipahaminya
menganjurkannya untuk menolong rakyat dari kesengsaraan dan penderitaan.
Sebaliknya, tidak sedikit orang yang tidak berilmu memiliki akhlak yang
mulia. Dengan segala kemampuan yang dimilikinya, mereka memberikan
pertolongan kepada orang lain yang hidup dalam kemiskinan dan
penderitaan.
Dari uraian ini, tampaknya dapat dipahami bahwa
tujuan pendidikan akhlak dalam Islam adalah sebagai berikut:
Jika sikap
mengharapkan ridha kepada Allah sudah tertanam dalam diri seorang
muslim dan sudah menjadi hiasan dalam kehidupannya, semua perbuatan
baiknya akan dilakuakan dengan ikhlas. Seorang siswa akan menuntut ilmu
bukan hanya karena berharap kepandaian. Seseorang akan berdagang tidak
semata-mata mencari keuntungan. Petani tidak lagi bekerja di sawah hanya
karena hasil panennya saja. Bahkan, orang menolong sesamanya juga bukan
hanya karena mengetahui bahwa hidup ini haruis saling tolong-menolong.
Semua itu akan dilakukan oleh setiap muslim juga dalam rangka ibadah
kepada Allah untuk mencari ridha-Nya.
Terbentuknya pribadi muslim yang luhur dan mulia
Seorang
muslim yang mulia senantiasa bertingkah laku dengan terpuji, baik
ketika berhubungan dengan Allah, sesama manusia, maupun dengan alam
sekitarnya.
Seorang muslim yang
berakhlak mulia akan berusaha agar seluruh tingkah lakunya tidak
menyusahkan orang lain. Sebaliknya, ia akan berusaha agar tindakannya
dapat menyenangkan orang lain dan mendatangkan manfaat bagi orang lain
dan diri sendiri.
Terhindarnya perbuatan yang hina dan tercela.
Dengan berakhlak mulia,
seseorang dapat menyelamatkan orang lain dari dirinya. Pengaruh ini
selanjutnya akan menyebar dan menyelamatkan kehidupan manusia secara
umum, baik di dunia maupun di akhirat. Ibnu Rusyd, sorang filosof muslim
yang ternama, berkata dalam syairnya.
إِنَّمَا الْأُمَمُ الْأَخْلَاقُ
مَا بَقِيَتْ ● فَإِنْ هُمُوْا ذَهَبَتْ أَخْلَاقُهُمْ ذَهَبُوْا
Artinya:
“Setiap bangsa hanya akan tegak selama masih terdapat akhlak. Jika
akhlak telah hilang, maka hancurlah bangsa itu.”
Bahkan, Allah
juga mengutus Nabi Muhammad untuk menyempurnakan ajaran akhlak yang
telah dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya dan menjaga kelangsungan manusia
dari kepunahan yang diakibatkan oleh rusaknya pada zaman Jahiliyyah.
Karena kerusakan akhlak yang melanda kaum jahiliyyah sebelum kedatangan
Nabi saw telah melanda tidak saja rakyat jelata, melainkan juga kaum
bangsawannya. Minuman keras, perjudian, pencurian, perampokan dengan
kekerasan, dan pertumpahan darah telah menjadi bagian kehidupan
sehari-hari dari masyarakat jahiliyyah. Anehnya, peristiwa keburukan
akhlak semacam itu tampak terulang lagi pada era globalisasi ini.
Dasar Pendidikan Akhlak
Masalah akhlak menjadi barometer tinggi rendahnya derajat seseorang.
Sekalipun orang dapat pandai setinggi langit, tetapi jika suka melanggar
norma agama atau melanggar peraturan pemerintah, maka ia tidak dapat
dikatakan seorang yang mulia. Rasulullah bersabda dalam salah satu
hadisnya.
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقاً وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ
Artinya:
“Orang yang paling beriman adalah yang terbaik budi pekertinya, dan sebaik-baiknya kalian adalah yang berperilaku paling baik terhadap istri.” (H. R. Tirmidzi)
Akhlak tidak hanya menentukan tinggi derajat seseorang, melainkan juga masyarakat. Masyarakat yang terhormat adalah masyarakat yang terdiri atas orang-orang yang berbudi pekerti baik. Sebaliknya, masyarakat yang beranggotakan orang yang suka melakukan perampokan, kejahatan, penodongan, dan berbagai macam kemaksiatan, tidak dapat dikatakan sebagai masyarakat yang baik. Bahkan masyarakat yang demikian dapat menghambat kemajuan pembangunan dan dapat menyusahkan pemerintah dan bangsa.
إِذَا ظَهَرَتْ الْفَاحِشَةُ كَانَتْ الرَّجْفَةُ
Artinya:
“Apabila kemaksiatan telah merajalela, maka timbullah kegoncangan.” (HR. Ad-Dailamy, dari Ibnu ‘Umar)
Pendidikan akhlak sangat diperlukan dan harus dilaksanakan sedini mungkin dengan berdasarkan atas ajaran Islam yang bersumber dari Al-uran dan sunnah Rasulullah. Di antara ayat Al-Quran yang dapat dijadikan dalil pendidikan akhlak adalah, antara lain firman Allah sural Al-Ahzab ayat ke-21.
Allah bahkan pernah berfirman khusus untuk memuji akhlak Nabi Muhammad yang Mulia.
وَإْنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
Artinya:
“Sesungguhnya kamu benar-benar memiliki budi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam: 14)
Adapun dalil yang menjadi dasar pendidikan akhlak yang berasal dari sunnah Rasulullah, di antaranya, adalah sabda Nabi Muhammad saw. yang diriwayatkan oleh Al-Bayhaqi.
اَلْخُلُقُ الْحَسَنُ يُذْهِبُ الْخَطَاياَ كَمَا يُذْهِبُ الْمَاءُ الْجَلِيْدَ وَالْخُلُقُ السُّوْءُ يُفْسِدُ الْعَمَلَ كَمَا يُفْسِدُ الْخَلُّ الْعَسَلَ
Artinya:
“Akhlak yang baik dapat menghapus kesalahan, seperti halnya air dapat menghancurkan tanah yang keras. Akhlak yang jahat merusak kebaikan seperti halnya cuka merusak madu.” (HR. Al-Bayhaqi)
Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Al-Hakim, Nabi Muhammad SAW bersada:
كَرَمُ الْمُؤْمِنِ دِيْنُهُ وَمُرُوْئَتُهُ عَقْلُهُ وُحَسْبُهُ خُلُقُهُ
Artinya:
“Kemuliaan seorang mukmin terletak pada agamanya, kepribadiannya terletak pada akalnya, dan kehormatannya terletak pada Akhlaknya.” (HR. Al-Hakim)
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقاً وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ
Artinya:
“Orang yang paling beriman adalah yang terbaik budi pekertinya, dan sebaik-baiknya kalian adalah yang berperilaku paling baik terhadap istri.” (H. R. Tirmidzi)
Akhlak tidak hanya menentukan tinggi derajat seseorang, melainkan juga masyarakat. Masyarakat yang terhormat adalah masyarakat yang terdiri atas orang-orang yang berbudi pekerti baik. Sebaliknya, masyarakat yang beranggotakan orang yang suka melakukan perampokan, kejahatan, penodongan, dan berbagai macam kemaksiatan, tidak dapat dikatakan sebagai masyarakat yang baik. Bahkan masyarakat yang demikian dapat menghambat kemajuan pembangunan dan dapat menyusahkan pemerintah dan bangsa.
إِذَا ظَهَرَتْ الْفَاحِشَةُ كَانَتْ الرَّجْفَةُ
Artinya:
“Apabila kemaksiatan telah merajalela, maka timbullah kegoncangan.” (HR. Ad-Dailamy, dari Ibnu ‘Umar)
Pendidikan akhlak sangat diperlukan dan harus dilaksanakan sedini mungkin dengan berdasarkan atas ajaran Islam yang bersumber dari Al-uran dan sunnah Rasulullah. Di antara ayat Al-Quran yang dapat dijadikan dalil pendidikan akhlak adalah, antara lain firman Allah sural Al-Ahzab ayat ke-21.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ
حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُوْاللهَ وَالْيَوْمَ الْأَخِرَ وَذَكَرَ
اللهَ كَثِيْراً
Artinya: “Sesungguhnya dalam diri
Rasulullah terdapat suri teladan yang baik bagi kalian, (yaitu) bagi
oprang-orang yang mengharapkan rahmat Allah dan keselamatan di Hari
Akhirat, serta banyak mengingat Allah.” (S. Al-Ahzab: 21).Allah bahkan pernah berfirman khusus untuk memuji akhlak Nabi Muhammad yang Mulia.
وَإْنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
Artinya:
“Sesungguhnya kamu benar-benar memiliki budi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam: 14)
Adapun dalil yang menjadi dasar pendidikan akhlak yang berasal dari sunnah Rasulullah, di antaranya, adalah sabda Nabi Muhammad saw. yang diriwayatkan oleh Al-Bayhaqi.
اَلْخُلُقُ الْحَسَنُ يُذْهِبُ الْخَطَاياَ كَمَا يُذْهِبُ الْمَاءُ الْجَلِيْدَ وَالْخُلُقُ السُّوْءُ يُفْسِدُ الْعَمَلَ كَمَا يُفْسِدُ الْخَلُّ الْعَسَلَ
Artinya:
“Akhlak yang baik dapat menghapus kesalahan, seperti halnya air dapat menghancurkan tanah yang keras. Akhlak yang jahat merusak kebaikan seperti halnya cuka merusak madu.” (HR. Al-Bayhaqi)
Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Al-Hakim, Nabi Muhammad SAW bersada:
كَرَمُ الْمُؤْمِنِ دِيْنُهُ وَمُرُوْئَتُهُ عَقْلُهُ وُحَسْبُهُ خُلُقُهُ
Artinya:
“Kemuliaan seorang mukmin terletak pada agamanya, kepribadiannya terletak pada akalnya, dan kehormatannya terletak pada Akhlaknya.” (HR. Al-Hakim)